Berkali-kali aku berusaha untuk meminta beliau mengembalikannya dan berkali-kali pula Bapak itu bersih keras menolaknya. Hingga aku merasa capek, lelah menghadapinya. Dengan bercucuran air mata, kekecewaan yang amat dalam di hatiku, Aku melangkah meninggalkannya.
Langkah demi langkah aku telusuri dengan berjuta pertanyaan di benakku. “Bagaimana dengan adikku,aku tidak dapat membawa peci kesayangannya.???Apa yang harus kukatakan pecinya tidak ada padaku??”dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan di benakku.
Saat benar-benar perasaanku gundah sekitar jam 10.00 pagi dari arah depanku ada seorang laki-laki berseragam rapi mengendarai sepeda motor Semakin lama semakin dekat hingga aku dapat melihatnya dengan Almamater Sekolah. “Dia mungkin pulang sekolah setelah melaksanakan jelas, Dia adalah salah satu kakak kelasku dan seragam yang dipakainya adalah UN “Fikirku. Tepat di hadapanku dia mengklakson kan motornya dan tersenyum padaku. Aku yang berlinangan air mata hanya mampu melihatnya sampai turun dari motornya dan masuk ke sebuah rumah gubuk yang tidak jauh dari tempat aku berdiri.