Andi pulang dari Jakarta bersama Toni setelah mengikuti proses pemakaman sang Ayah yang meninggal karena terkena tembakan, di jalan mereka diikuti oleh orang suruhan Dullah dan berakhir mengalami kecelakaan. Andi meninggal di tempat, Toni mengalami cedera parah pada salah satu kakinya sampai harus diamputasi. Memupuk rasa bersalah pada diri Roy yang saat itu tidak ikut temannya ke Jakarta, karena hilang arah akibat guna-guna yang dilakukan oleh kakak Wiwik. Perbuatan Dullah memang sudah diluar batas, sangat bejat, dan tidak berperikemanusiaan. Namun, pada masa itu rakyat biasa tidak mampu berbuat apa-apa selain diam dan pasrah.
Serang dihuni oleh keturunan jawara singkatan dari jago dan satria, perkelahian di sekolah tidak hanya modal berani, pertentangan harus diselesaikan secara adat serta tradisi yang harus dihormati. Kisah asmara antara Roy dan Ani yang penuh rintangan karena adanya Dullah, juga terhalang restu orang tua dari pihak gadis tersebut. Awalnya sang Ayah menyukai Roy karena mahir dalam bermain catur, tetapi Ayah Dullah menghasut Ayah Ani hingga berubah pikiran dan meminta pria itu untuk menjauhi putri kesayangannya. Hubungan Roy dan Ani sempat renggang sejak saat itu, tetapi gadis tersebut memberikan sebuah buku catatan sebagai kenang-kenangan dan wadah untuk menceritakan petualangan ketika pria itu akan pergi. Meskipun mereka tidak bisa bersatu, tetapi saling menjaga hati satu sama lain. “Jika waktuku telah datang, padamu kuakan pulang. Melunasi semua rindu, hanya untukmu.” -Gol A Gong, Balada Si Roy.